Malam ini saya terbitkan salah satu draft blog yang saya tulis 5 tahun lalu dan belum pernah saya publish.
Semoga bermanfaat.
Samarinda, Oktober 2012
Pernahkah kamu merasa bahwa kamu adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini? Merasa seolah-olah dunia ini kejam dan sangat tidak adil padamu? Merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, dan merasa tidak seberuntung teman-temanmu yang lain? Aku punya sedikit pengalaman istimewa hari ini, semoga ini dapat sedikit menggugah hatimu .
Semoga bermanfaat.
Samarinda, Oktober 2012
Pernahkah kamu merasa bahwa kamu adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini? Merasa seolah-olah dunia ini kejam dan sangat tidak adil padamu? Merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, dan merasa tidak seberuntung teman-temanmu yang lain? Aku punya sedikit pengalaman istimewa hari ini, semoga ini dapat sedikit menggugah hatimu .
Suatu siang di awal Oktober 2012. Hari itu jam praktikumku di workshop sudah berakhir, dan aku enggak langsung pulang ke rumah, tapi malah asyik mengobrol dengan teman-temanku yang masuk kuliah sore. Semua teman-teman sekelasku sudah pulang. Tiba-tiba ada dosen memanggilku. "Dit, kesini sebentar."
Kemudian aku mengakhiri pembicaraan dengan teman-temanku dan bergegas mendatangi dosen tersebut.
"Iya, ada apa Pak?" tanyaku
"Dit, tolong antarkan tamu ini ke Gedung Direktorat untuk menemui Pudir 2"
"Baik Pak."
Aku melihat ada seorang bapak-bapak berseragam pramuka kira-kira umurnya awal 40-an yang sepertinya itu adalah "tamu" yang dimaksud oleh dosenku. Eits, sebentar, di belakangnya ada cowok yang menurut perkiraanku umurnya kurang lebih sepantaran denganku, dan wajahnya yaa bisa dibilang good looking-lah (enak dilihat maksudnya- itu kata lain dari cakep, hahaha) ;) Tinggi kurang lebih 170cm, berkulit putih, dan dari cara berpakaiannya seperti berkiblat ke arah Japanesse style Hehehe (sempat-sempatnyaa kamu perhatikan Dit)
Ternyata tamu yang kuantar adalah dua orang itu. Cowok itu pun mengambil helm-nya dan langsung menuju ke motornya yang diparkir di depan Gedung Teknik Mesin. Aku memberitahu mereka sebaiknya kita jalan kaki saja karena jarak antar Gedung Teknik Mesin dengan Direktorat enggak terlalu jauh. Kedua orang itu pun hanya manggut-manggut saja menyetujui usulku. Tetapi aku agak heran ketika melihat motor Suzuki Smash yang dibawa cowok itu masih dalam keadaan menyala ketika kunci kontaknya sudah dicabut (aku lupa kalau kunci rusak/ dol bisa seperti itu). Aku pun bertanya pada cowok itu, tapi cowok itu hanya diam. Dan aku bertanya sekali lagi karena ku kira cowok itu enggak paham maksud pertanyaanku, dan lagi-lagi dia hanya diam. Ugh! Sombong banget sih ini cowok, mentang-mentang cakep! (Entahlah dari dulu aku selalu men-judge orang pendiam itu sombong, apalagi kalo orangnya cakep *apa hubungannya coba? :-/ ).
Akupun berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka mengobrol, karena aku memang dasarnya enggak bisa diam-diam aja kayak orang musuhan. "Dari mana Pak?" tanyaku kepada bapak yang berseragam pramuka sambil membuka obrolan. Tetapi bapak itu hanya diam dan berusaha memberi kode kepadaku. Dia hanya menjawab pertanyaanku dengan bahasa isyarat dah berkata "Ah-uh-huh.."
Oh Tuhan, orang ini ternyata bisu. Okay, tenang Dit, tenang... Aku berusaha menenangkan diriku yang terkejut ketika mengatahui kalau ternyata orang ini bisu. Oh iya, kan masih ada cowok itu. Aku berbalik bertanya kepada cowok itu dengan pertanyaan yang sama. Dan ternyata dia juga menjawab dengan cara yang sama dengan bapak berseragam pramuka tadi. Oh My God!! Great!! Ada apa siang ini? Aku terjebak dan tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka bicarakan.
Aku tetap mengantar mereka ke Direktorat. Sesampainya di lantai dua, aku bertemu dengan salah seorang staff dan dia memberitahu kepadaku bahwa Pudir 2 sedang rapat dan mungkin akan selesai dalam waktu 1 jam kedepan. Aku pun berusaha memberitahu kepada kedua tamu tersebut bahwa yang bersangkutan sedang rapat. Tetapi aku bingung bagaimana cara memberi tahu mereka. Sulit sekali rasanya berkomunikasi dengan mereka, aku sudah menahan air mataku agar tidak jatuh karena aku sudah nyaris putus asa. Tiba-tiba aku teringat, kan ada alat tulis. *Gimana sih kamu Dit, kenapa gak kepikiran dari tadi coba? --"*
Ternyata tamu yang kuantar adalah dua orang itu. Cowok itu pun mengambil helm-nya dan langsung menuju ke motornya yang diparkir di depan Gedung Teknik Mesin. Aku memberitahu mereka sebaiknya kita jalan kaki saja karena jarak antar Gedung Teknik Mesin dengan Direktorat enggak terlalu jauh. Kedua orang itu pun hanya manggut-manggut saja menyetujui usulku. Tetapi aku agak heran ketika melihat motor Suzuki Smash yang dibawa cowok itu masih dalam keadaan menyala ketika kunci kontaknya sudah dicabut (aku lupa kalau kunci rusak/ dol bisa seperti itu). Aku pun bertanya pada cowok itu, tapi cowok itu hanya diam. Dan aku bertanya sekali lagi karena ku kira cowok itu enggak paham maksud pertanyaanku, dan lagi-lagi dia hanya diam. Ugh! Sombong banget sih ini cowok, mentang-mentang cakep! (Entahlah dari dulu aku selalu men-judge orang pendiam itu sombong, apalagi kalo orangnya cakep *apa hubungannya coba? :-/ ).
Akupun berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka mengobrol, karena aku memang dasarnya enggak bisa diam-diam aja kayak orang musuhan. "Dari mana Pak?" tanyaku kepada bapak yang berseragam pramuka sambil membuka obrolan. Tetapi bapak itu hanya diam dan berusaha memberi kode kepadaku. Dia hanya menjawab pertanyaanku dengan bahasa isyarat dah berkata "Ah-uh-huh.."
Oh Tuhan, orang ini ternyata bisu. Okay, tenang Dit, tenang... Aku berusaha menenangkan diriku yang terkejut ketika mengatahui kalau ternyata orang ini bisu. Oh iya, kan masih ada cowok itu. Aku berbalik bertanya kepada cowok itu dengan pertanyaan yang sama. Dan ternyata dia juga menjawab dengan cara yang sama dengan bapak berseragam pramuka tadi. Oh My God!! Great!! Ada apa siang ini? Aku terjebak dan tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka bicarakan.
Aku tetap mengantar mereka ke Direktorat. Sesampainya di lantai dua, aku bertemu dengan salah seorang staff dan dia memberitahu kepadaku bahwa Pudir 2 sedang rapat dan mungkin akan selesai dalam waktu 1 jam kedepan. Aku pun berusaha memberitahu kepada kedua tamu tersebut bahwa yang bersangkutan sedang rapat. Tetapi aku bingung bagaimana cara memberi tahu mereka. Sulit sekali rasanya berkomunikasi dengan mereka, aku sudah menahan air mataku agar tidak jatuh karena aku sudah nyaris putus asa. Tiba-tiba aku teringat, kan ada alat tulis. *Gimana sih kamu Dit, kenapa gak kepikiran dari tadi coba? --"*
Aku merasa tidak sopan jika meninggalkan mereka berdua begitu saja di sana. Jadi aku memutuskan untuk ikut menunggu Pudir 2 sampai selesai rapat. Sambil menunggu, bapak berseragam pramuka itu menyuruhku untuk duduk dan dia membuka ranselnya sambil mengeluarkan sebuah buku. Dia memintaku membuka buku tersebut yang ternyata adalah sebuah album foto. Dan aku agak sedikit terkejut ketika melihat isi album tersebut. Album tersebut berisi foto-foto dia bersama orang-orang terkenal. Aku melihat dia berfoto bersama Indra Bekti dan Indy Barends di Lobby Gedung Trans TV, kemudian foto dia bersama Adi Bing Slamet yang sedang memakai kaos oblong dengan celana pendek (dan aku yakin sekali kalau foto itu diambil di rumah Adi Bing Slamet, melihat pakaiannya yang begitu santai), dan ada juga foto dia bersama Agnes Monica yang masih mengenakan seragam SMA. Semua isi album foto tersebut penuh dengan foto dia bersama artis-artis Ibukota dan orang-orang yang menurut dia "penting", seperti Andi Malarangeng. Setelah aku perhatikan baik-baik, semua foto dia di dalam album tersebut mengenakan seragram pramuka. Entah apa maksudnya, aku juga melihatnya saat ini sedang menggunakan seragam pramuka. Mungkin itu seragam kebanggaannya.
Aku tersenyum sambil mengacungkan jempol. Tidak lama kemudian handphone-nya bergetar. Aku memperhatikan bagaimana cara dia menggunakan handphone, karena ku pikir orang yang tuna rungu pasti tidak bisa melakukan panggilan telepon karena mereka tidak bisa mendengar, dan aku ternyata salah besar. Aku sampe speechless melihat cara dia menggunakan handphone. Dia menggunakan video call. Wow! Sekarang aku baru benar-benar paham manfaat teknologi, bagi orang-orang seperti mereka ternyata sangatlah berguna. Handphone mereka canggih sekali. Handphone ku aja kalah. Hahaha
Kemudian si cowok yang sepantaran aku itu menepuk pundakku. Dia bertanya dengan bahasa isyarat. Dia menunjukku, kemudian memperagakan gaya orang yang sedang membuka baut menggunakan kunci. Oh! Aku paham, dia bertanya apakah aku kuliah di jurusan teknik mesin? Mungkin gitu kira-kira artinya. Kemudian aku tersenyum dan mengangguk. Aku sempat bingung, darimana dia tau aku kuliah di jurusan itu? Aku lupa kalau saat itu aku sedang memakai baju praktek yang biasa aku gunakan di workshop untuk praktikum. :)
Dia tersenyum dan tampak sedang mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Oh, ternyata dia mengeluarkan seeping uang koin 500 rupiah. Dia memintaku untuk membuka telapak tangan, dan dia memegang punggung tanganku sambil meletakan koin tersebut di atas telapak tanganku. Kemudian dia menekan-nekan koin itu sambil sedikit menggoyang-goyangkannya. Aku tidak mengerti apa yang sedang dia lakukan? Tidak lama kemudian koin yang ada di tanganku berubah menjadi 2 koin. Wow! Ternyata dia sedang melakukan sulap!! Nah. koin yang telah menjadi dua itu kemudian dia tekan-tekan lagi di atas telapak tanganku, da kemudian koin itu hanya tinggal satu saja. "Lho terus yang satunya kemana?" tanyaku dengan raut wajah bingung. Dia tersenyum dan kemudian menjulurkan lidahnya. Omaigat! Koin itu ada dalam mulutnya. Hahaha Nice!
Aku tersenyum sambil mengacungkan jempol. Tidak lama kemudian handphone-nya bergetar. Aku memperhatikan bagaimana cara dia menggunakan handphone, karena ku pikir orang yang tuna rungu pasti tidak bisa melakukan panggilan telepon karena mereka tidak bisa mendengar, dan aku ternyata salah besar. Aku sampe speechless melihat cara dia menggunakan handphone. Dia menggunakan video call. Wow! Sekarang aku baru benar-benar paham manfaat teknologi, bagi orang-orang seperti mereka ternyata sangatlah berguna. Handphone mereka canggih sekali. Handphone ku aja kalah. Hahaha
Kemudian si cowok yang sepantaran aku itu menepuk pundakku. Dia bertanya dengan bahasa isyarat. Dia menunjukku, kemudian memperagakan gaya orang yang sedang membuka baut menggunakan kunci. Oh! Aku paham, dia bertanya apakah aku kuliah di jurusan teknik mesin? Mungkin gitu kira-kira artinya. Kemudian aku tersenyum dan mengangguk. Aku sempat bingung, darimana dia tau aku kuliah di jurusan itu? Aku lupa kalau saat itu aku sedang memakai baju praktek yang biasa aku gunakan di workshop untuk praktikum. :)
Dia tersenyum dan tampak sedang mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Oh, ternyata dia mengeluarkan seeping uang koin 500 rupiah. Dia memintaku untuk membuka telapak tangan, dan dia memegang punggung tanganku sambil meletakan koin tersebut di atas telapak tanganku. Kemudian dia menekan-nekan koin itu sambil sedikit menggoyang-goyangkannya. Aku tidak mengerti apa yang sedang dia lakukan? Tidak lama kemudian koin yang ada di tanganku berubah menjadi 2 koin. Wow! Ternyata dia sedang melakukan sulap!! Nah. koin yang telah menjadi dua itu kemudian dia tekan-tekan lagi di atas telapak tanganku, da kemudian koin itu hanya tinggal satu saja. "Lho terus yang satunya kemana?" tanyaku dengan raut wajah bingung. Dia tersenyum dan kemudian menjulurkan lidahnya. Omaigat! Koin itu ada dalam mulutnya. Hahaha Nice!
Wah, anggapanku tadi ternyata salah, dia enggak sombong. Dia diem karena memang gak bisa ngomong :( Dan orangnya asyik banget malah untuk dijadikan teman. Banyak sekali trik sulap yang dia tunjukkan padaku. Dia banyak sekali menceritakan hal-hal menarik kepadaku (dengan cara tulis menulis tentunya).
Selesai menemani mereka untuk bertemu dengan Pudir 2, aku kembali ke gedung jurusan Teknik Mesin. Aku bertemu kembali dengan dosen yang menyuruhku menemani mereka tadi. Beliau bertanya kepadaku
"Gimana tamunya Dit?"
"Tamunya spesial Pak. Bapak kok gak bilang sih kalau ternyata tamunya..."
Saya tidak dapat menyelesaikan kata-kata saya, karena khawatir bakalan "mbrebes mili" kalau ingat tamu tadi.
"Hahaha, gapapa kan Dit, biar jadi pengalaman buat kamu juga".
Terima kasih Pak Muis untuk pengalamannya yang berharga hari itu. Seenggaknya saya belajar banyak hal dan lebih mensyukuri lagi apa yang sudah saya dapatkan saat ini.
Semoga kelak tulisan ini bisa menjadi self reminder untuk saya di kala saya sedang down atau butuh penyemangat hidup :)
Selesai menemani mereka untuk bertemu dengan Pudir 2, aku kembali ke gedung jurusan Teknik Mesin. Aku bertemu kembali dengan dosen yang menyuruhku menemani mereka tadi. Beliau bertanya kepadaku
"Gimana tamunya Dit?"
"Tamunya spesial Pak. Bapak kok gak bilang sih kalau ternyata tamunya..."
Saya tidak dapat menyelesaikan kata-kata saya, karena khawatir bakalan "mbrebes mili" kalau ingat tamu tadi.
"Hahaha, gapapa kan Dit, biar jadi pengalaman buat kamu juga".
Terima kasih Pak Muis untuk pengalamannya yang berharga hari itu. Seenggaknya saya belajar banyak hal dan lebih mensyukuri lagi apa yang sudah saya dapatkan saat ini.
Semoga kelak tulisan ini bisa menjadi self reminder untuk saya di kala saya sedang down atau butuh penyemangat hidup :)