Kalau Aku Menjadi Pacarmu…
“Kalau aku menjadi pacarmu, mungkin kamu sudah ku tinggal pulang dari tadi”
Sabtu, 21 Mei 2011
Sore ini Via mengajakku untuk mencari sepatu yang akan dia gunakan di acara perpisahan sekolahnya. Aku pun menganjurkan untuk mencari di Mall yang terlatak di Jl. Bayangkhara (tanpa ku sebutkan nama Mall-nya, kalian pasti udah pada tau deh!). Kami pun muter-muter di lantai dasar Mall tersebut. Via-pun tertarik pada wedges warna biru tua dengan dominasi tali hingga mata kaki. Oh, I think it’s so cute. Right?
Kemudian aku bertanya pada mas pramuniaga yang ku lihat sedang mencari-cari sesuatu di antara tumpukan kardus.
“Permisi Mas, model yang ini ada gak yang ukuran 37 atau 38-nya?”
“Oh coba tanya sama Mbak yang lagi nganggur di sana.” Sambil menunjuk ke arah jam 12.
Pramuniaga aneh, bathinku. Aku pun mendatangi pramuniaga perempuan yang dia tunjuk tadi.
“Permisi Mbak, model yang ini ada gak yang ukuran 37 atau 38-nya?”
“Tunggu sebentar ya Kak, saya cari dulu.” Jawabnya
Sambil menunggu, aku duduk-duduk sebentar dan mencoba sandal lucu warna soft pink aksen tali kepang yang ada di dekatku. Nice ^_^
Tidak lama kemudian sang pramuniaga cowok mendatangiku, dan berkata “Maaf Kak, model yang ini yang tersisa hanya ukuran 40.”
“Oh, sayang banget. Padahal aku suka model yang ini. Ya sudah, saya cari yang lain dulu ya!”
“Silahkan.”
Aku mencoba berbagai jenis sepatu yang ada disana. Ada beberapa yang cocok, tapi harganya yang tidak berkenan. Enggak terasa sudah hampir dua jam aku dan Via muter-muter di situ-situ aja, tapi belum ketemu sama yang cocok. Tak lama kemudian…
“Ya ampun, sudah dari tadi disini masih belum ketemu yang cocok juga?” tanya si pramuniaga cowok tadi.
“Iya, belom ada yang sreg sih.” Kataku sambil tersenyum. Padahal kaki ku sudah kemeng muter-muter disitu hampir dua jam coba-copot sepatu. Rasanya kaki ku sudah mau lepas.
“Kalau aku jadi cowokmu, mungkin sudah ku tinggal pulang dari tadi.” Jawab si Mas Pramuniaga itu.
Oh ya?? Maulah aku?? Hahaha. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Dalam hati, aku enggak bakal ngajak cowok untuk urusan yang beginian, karena aku tau cowok itu paling enggak betah kalau diajak belanja. Hehehe =P
“Oh iya Mbak, coba yang ini deh. Ini yang model baru loh.” Sambil menunjukkan ke arah sepatu model flat gladiator berwarna hitam.
Bagus sih, tapi… dari tadi yang kita cari itu wedges. Tau kan tugasnya wedges itu apa? Untuk meng-upgrade tinggi badan. Hahaha
Akupun menggelengakan kepala. “Sorry, bukan itu yang ku cari. Aku cari wedges.”
“By the way, situ masih sekolah?” Tanya si Mas Pramuniaga itu.
“Aku kuliah.” Jawabku
“Oh, kira’in masih sekolah. Semester berapa?”
“Semester dua.” Jawabku, dan dalam hati sambil menggerutu kenapa orang-orang masih sering mengira aku anak sekolahan? Dan ini bukan pertama kalinya aku dikira begitu selama kuliah ini. Oh, mungkin mukaku baby face kali ya?? (hahaha,, yang mau muntah silahkan. Aku jualan ember kok disini. =P ) Apa salahnya kita positive thinking? Iya kan?
“Tahun berapa kamu lulus SMA”? tanyanya kembali
“Tahun lalu.”
“Wah sama dong. Kamu kuliah dimana?”
“Aku kuliah di Poltek.”
“Aku juga berencana masuk Poltek. Oh iya, kamu kenal sama ****** gak? Dia anak Poltek juga.”
“Wah gak kenal tuh. Memangnya dia jurusan apa? Tanyaku.
“Dia jurusan Arsitektur” jawab si Pramuniga itu
“Wah, jauh itu gedungnya dari tempatku. Aku di Teknik Mesin.”
“Hah?? Teknik Mesin??” Sambil menatapku dari atas sampe bawah.
Upss!! Kayaknya aku salah ngomong deh. Keceplosan. Aku heran setiap orang yang mendengar aku kuliah di jurusan mana, mereka selalu menatapku seperti itu. Tapi aku mulai terbiasa kok. Aku maklum aja sih kalau ada yang menganggap hal itu aneh. Aku sendiri juga terkadang merasa aneh. (Aneh ya?)
“Iya, Teknik Mesin. Kamu dulu dari SMA mana?” Aku berusaha menjawab setenang mungkin, padahal dalam hati “Please deh, biasa aja kali ngeliatnya.”
“Aku dulu dari SMK **. Kamu sendiri dari sekolah mana dulunya?”
“Oh, aku dari smaga.”
“Smaga ya? Kenal sama **** gak?” tanyanya kembali
Aku pun berusaha mengingat kembali nama itu. Sepertinya familiar. Oh iya aku ingat sekarang. “Iya, aku kenal.” jawabku pada akhirnya.
“Si **** tu mantan aku looohh. Tapi kita pacaran cuma bentar aja.” ucap si Mas Pramuniaga dengan nada bangga.
Gubrak!! Please deh, nanya lah aku? Gak penting banget sih? Aku mendengar Via yang sedang sibuk mencoba sepatu berbisik di telingaku “Curcol dia Mbak.”
Huahaha, pengen katawa rasanya. Tapi aku telan tawa ku itu. Enggak baek ah, gak sopan ngetawa’in orang.
“Jadi rencananya tahun ini kamu mau ikut tes di Poltek? Tanyaku sambil mengalihkan pembicaraan.
“Enggak. Aku sih rencananya mau ikut tesnya tahun depan.”
Aku enggak mau bertanya lebih lanjut tentang hal itu. Ya, aku paham. Itulah alasan dia bekerja disini. Mengumpulkan uang buat kuliah, makanya dia menunda waktu untuk kuliah.
“Oooh… Ya sudah, aku pilih-pilih sepatu dulu ya!” Kataku sambil mengakhiri pembicaraan sebelum ngalor-ngidul kemana-mana.
And finally. Sampe jam 6 sore kami belum menemukan sepatu yang sreg , dan kami memutuskan untuk melanjutkan pencarian esok hari di Mall lain. ^_^